#SemangatMenolakMenyerah: Ambisi dan Realita Menuju Kampus Impian
PROLOG
Hai, Namaku Agung. Setelah sekian lama
mengalami masa dormansi blogging, kali ini aku mau berbagi pengalamanku masuk
ke kampus impian. Selama beberapa bulan terakhir ini aku memang sibuk untuk
persiapan berbagai ujian mulai dari USBN, UN, UTBK, dan SPMB jadi gak sempet nulis
lagi dan memang nggak ada bahan buat diobrolin sih.
Ngomong-ngomong aku bersyukur gagal
SNMPTN karena melalui itu aku bisa paham betul arti dari perjuangan. Di sisi
lain, karena gagal SNMPTN aku juga punya cerita yang bisa dibahas di blog ini. Walaupun
gak bisa dipungkiri gagal di tahap ini nyesek juga, tapi ada banyak hikmah yang
bisa aku ambil dari sana.
MEMBANGUN MIMPI
Oke cerita ini aku mulai ketika baru kelas
9 SMP. Sejak saat itu aku udah punya mimpi untuk masuk ke Universitas Indonesia,
yang kata kebanyakan orang kampus terbaik di Indonesia. Motivasi itu datang
ketika aku nemuin info bahwa medalis OSN bisa langsung masuk UI tanpa tes.
Menggiurkan sekali kan ? nah karena itu juga aku punya motivasi lebih untuk
ikut OSN di SMA.
Sebagai batu loncatan untuk melangkah ke UI
pastinya aku butuh SMA yang benar-benar ngedukung aku di dunia OSN. Salah satu
SMA yang jadi incaranku SMA 1 Pati tapi sayangnya waktu itu keluargaku lagi banyak konflik.
Salah satu orangtuaku lebih memilih untuk mengurusi keluarga barunya daripada
keluarga lamanya. Depresi dan segala masalah muncul dalam rumah yang dulunya
ramah. Aku nggak bisa lagi hidup dengan rumah yang senyaman dulu. Aku, Adikku,
dan ibuku harus berjuang lebih untuk bertahan hidup. Tidak sedikit omongan dari
tetangga tentang hancurnya keluargaku yang membuat mental semakin down.
Sebagai
dampak dari segala permasalahan yang muncul, aku harus mengurungkan niatku untuk
sekolah di sana. Bahkan, aku disuruh untuk sekolah yang dekat dengan rumah
untuk menghemat biaya. Aku berusaha meyakinkan orangtuaku untuk sekolah di SMA
favorit hingga pada akhirnya diperbolehkan walaupun tidak di SMA 1 Pati,
setidaknya aku bersyukur diperbolehkan sekolah di SMA 1 Rembang. Jarak antara
rumah dan sekolah sekitar 53 km jadi aku harus ngekos. Sedikit nekat memang
karena ibuku hanya single parent yang bekerja serabutan sebagai buruh ikan asin yang
upahnya tidak seberapa dan dengan tambahan sedikit nafkah dari bapak yang bisa
dibilang pas-pasan untuk biaya hidup kami di Rembang. Alhamdulillah tuhan
memberikan keringanan biaya sekolah jadi sedikit meringankan beban.
Aku paham betul bagaimana orangtuaku
berjuang untuk membiayai sekolah, pastinya aku harus memanfaatkan kesempatan
itu. Sekolah di SMA yang jauh dari rumah pasti banyak tantangannya. Gak sedikit
tetangga yang bilang, ”Ngapain sih sekolah jauh-jauh ngehabisin uang orang tua
aja kamu, keluargamu kondisinya lagi seperti ini, jangan sekolah jauh-jauhlah
kan semua sekolah sama aja”. Aku cuma diam aja kalaupun berdebat juga gak ada
gunanya. Menurutku pendidikan yang baik akan mengantarkanku untuk menatap nasib
yang lebih baik nantinya. Aku yakin suatu saat nanti nasibku akan berubah karena
pendidikan. Oleh karena itu, aku pingin ngebuktiin bahwa aku sekolah jauh gak
bakal sia-sia.
BUNGKAM OMONGAN
TETANGGA
Masuk SMA, Aku ditakdirkan jadi anak
IPA “gadungan”. Aku jadi anak yang sedikit ansos, sama sekali gak pernah ikut
organisasi karena dari awal udah aku niatkan untuk masuk dunia olimp. Baru 5
bulan sekolah di SMA, aku ditunjuk untuk ikut Olimpiade Ekonomi di UNS tahun
2016, gak tau atas dasar apa nunjuk aku untuk ikut kegiatan itu tapi yang
terpenting ini kesempatan emasku untuk unjuk gigi.
Padahal
di sisi lain, aku paling benci mapel ekonomi sejak SMP. Sekadar informasi,
waktu SMP aku sempet ada niatan untuk suicide gara-gara
nggak bisa “mengikuti” kegiatan TC OSN SMP bidang IPS 2015 di LPMP Jateng. Banyak
faktor yang mengakibatkan pikiran goblok itu muncul, mulai dari homesick sampai nggak bisa adaptasi. Dan
salah satu pelajaran yang paling aku takutkan ketika itu adalah ekonomi. Setiap
ada kelas ekonomi bagiku itu ada kelas neraka. Dan itu termasuk salah satu
faktornya juga.
Tapi itu dulu, Agung yang dulu bukanlah Agung
yang sekarang. Semakin aku benci sama pelajaran ekonomi semakin penasaran untuk
menaklukan ekonomi ketika SMA. Aku semakin semangat belajar karena pengalaman
masa lalu itu. Belajar materi ekonomi dari kelas 10-12 gak mudah apalagi bab
akuntansi. Aku harus relakan waktu untuk tidak belajar pelajaran sekolah demi
ekonomi. Bahkan nilai ku salah satu mapel sempat kosong waktu UTS sampai
dimarahi guru karena gak sempet ulangan susulan hehe. Tapi Alhamdulillah di
kompetisi itu aku bisa pulang tanpa tangan kosong dan dapat beberapa rupiah
untuk dibawa pulang. Lumayan, setidaknya sekolah di tempat yang jauh gak
sia-sia dan melalui itu aku berhasil bungkam omongan tetangga bahwa aku sekolah
di tempat jauh gak sia-sia. Walaupun demikian kompetisi itu bukan tujuan utamaku.
Tujuan utamaku adalah medali OSN untuk memuluskan jalanku menuju “Kampus Kuning” tercinta.
“Biarkan
cemoohan masuk dalam kepalamu, serap, analisis, dan ubah cemoohan itu jadi
pujian”
PRODUK GAGAL
Setelah
berhasil dalam Kompetisi di UNS kala itu, optimisme dan semangatku semakin
meningkat untuk capai target di OSN
tahun 2017. Hampir setiap hari aku siapkan waktuku untuk baca-baca segala hal
tentang ekonomi. Biasanya aku bawa buku ekonomi waktu di kelas, jadi terkadang
aku baca di kelas ketika jam kosong. Tempat belajar kesukaanku di bawah meja
karena di sana aku bisa lebih fokus untuk belajar. Akibat kebiasaan anehku itu
aku sering dicap gila.
Berbagai
tahapan aku lalui, mulai dari seleksi tingkat sekolah sampai tingkat kabupaten.
Namun, sayangnya aku gagal di Tingkat Provinsi. Aku cuma bisa masuk peringkat 7
dan yang diambil ternyata hanya 6 anak. Ini patah hati terhebatku semasa SMA.
Padahal nih ya Bu Icha, guru pembimbingku pernah bilang, ”Gung, besok di
provinsi usahakan peringkat 7 biar bisa
masuk ke tingkat nasional.” Eh ternyata setelah masuk peringkat 7 malah gak
lolos. Sakit banget huhuhu. Tapi tenang, Ini baru kesempatan pertama, masih ada
kesempatan tahun depan untuk dapat “Si Jaket Kuning” lebih awal.
Singkat cerita tahun 2018 datang, seperti
tahun lalu, aku berhasil melaju ke OSN tingkat provinsi dengan lancar. Sebelum
pelaksanaan lomba dilaksanakan, seluruh orangtua siswa dari sekolahku yang
lolos ke tingkat provinsi dipanggil untuk datang ke sekolah. Pemanggilan itu
berkaitan dengan kesediaan orangtua/walimurid untuk bersedia mengijinkan dan
membayar putra/putrinya untuk ikut bimbingan belajar guna persiapan
OSP (Olimpiade Sains Provinsi).
Sepulang dari pemanggilan orangtua di
sekolah, ibuku nangis. Aku kaget dong. Ternyata, Ibuku nangis karena malu gak
sanggup biayai aku untuk ikut bimbel. Aku satu-satunya anak dari 6 anak yang
lolos ke OSP di sekolahku yang gak ikut bimbel persiapan OSP. Sementara temanku
yang lain tersebut ikut bimbel di luar kota semua. Ada yang di Solo, Jogja,
bahkan sampai Jakarta. Aku sebelumnya udah bilang ke bapak juga untuk minta
dibiayai, tapi tetap nggak diperbolehkan. Aku harus menerima dan tetap
bersyukur. Aku harus bisa paham kondisi keluargaku. Faktor biaya jadi masalah
utamanya, ya walaupun sebenarnya biayanya sudah disubsidi sama sekolah. Sejak
bapak ibu pisah, kondisi ekonomi keluarga tidak begitu baik. Upah ibuku yang
bekerja sebagai buruh ikan asin hanya cukup untuk kegiatan sehari-hari. Apapun
itu harus disyukuri. Aku dengan senang hati otodidak untuk perisapan OSP.
OSP 2018 berlangsung, dan ketika
pengumuman keluar, untuk kedua kalinya namaku nggak masuk di jajaran anak yang
lolos ke tingkat nasional. Mimpi menuju kampus kuning jalur OSN pupus. Rencana
masuk ke Universitas Indonesia yang dibangun dari kelas 9 gagal total. Bingung
karena belum ada rencana ke depannya. Aku sempet mikir, “Apa aku memang tidak
layak untuk masuk di kampus sekelas Universitas Indonesia ?” Kecewa pastilah
karena tahun 2018 adalah kesempatan terakhirku ikut OSN. Pikiranku kosong selama
beberapa hari setelah lihat pengumuman. Aku merasa menjadi produk manusia yang gagal.
Tapi, yakali mau nyerah gitu aja ya kan.
MENYERAH ? APA ITU ? Definisi menyerah gak ada di kamus hidupku.
‘’Berapapun
tuhan ngasih aku kegagalan, aku bakal bangkit lebih dari kegagalan yang dikasih
oleh tuhan kepadaku.’’
BERMETAMORFOSA
Masuk
ke kelas 12 aku udah nyiapin materi untuk persiapan SBMPTN. Bagiku belajar
SBMPTN adalah salah satu usaha realistis yang bisa aku lakukan. Aku
udah optimis banget bakal gagal di SNMPTN. Ya mau gimana lagi, nilaiku aja naik
turun bahkan nilai fisika ada yang turun 10 poin, dari 91 ke 81 wkwkw. Parah
banget kan, mungkin ini efek kebanyakan dispensasi, eh atau bolos kelas fisika
? Di sisi lain, aku kan anak MIPA sedangkan aku minatnya di Ekonomi, jadi
peluangku untuk lolos SNMPTN lintas jurusan itu kecil banget. Daripada
memperbaiki nilai rapor yang nggak akan memberikan efek berarti mending belajar
SBMPTN lah.
“Intinya fokus apa yang bisa diubah, karena begitu seseorang akan jadi manusia efektif”.
“Intinya fokus apa yang bisa diubah, karena begitu seseorang akan jadi manusia efektif”.
Materi pertama SBMPTN yang kupelajari
ketika kelas 12 itu TPA karena itu yang paling umum. Aku mulai tuh untuk ikut
berbagai macam TO online yang ada., seperti Tryout edukasystem misalnya. TO-TO yang ada aku rasa cukup membantu banget buat latihan dan evaluasi kemampuan
diri.
Nggak
kerasa, ternyata udah menginjak semester 2 di kelas 12. Mulai bulan Januari,
Aku udah mulai belajar materi TKD. Aku salah satu tipe anak yang nggak modal
buat persiapan ujian-ujian. Faktanya nih, aku sama sekali gak pernah beli buku
SBMPTN 2019. Padahal temen-temenku sejak masuk kelas 12 udah beli buku-buku
persiapan UN dan SBMPTN yang gedenya segaban-gaban, sedangkan aku cuma cari
ebook di internet dan buku-buku bekas kakak kelas. Ya mau gimana lagi, aku bisa
pahami kondisi keluargaku. Minta uang untuk beli buku ke orang tua aja aku
malu. Bersyukur aja masih bisa belajar. Nggak beda jauh kok antara buku yang
lama sama buku yang baru, yang penting masih bisa dibaca.
AMBIS INTESIFIES
Targetku
untuk SBMPTN itu bisa baca buku minimal 3 kali tamat dengan ratusan halaman di
dalamnya. Tamatan pertama aku coba untuk sekadar baca materi. Tamatan kedua aku
coba untuk memahami konsep materi. Tamatan ketiga aku coba untuk menghafalkan
materi. Kalau masih sempat, tamatan keempat aku coba untuk mengulas materi.
Gitu caraku belajar, soalnya aku tipe anak nggak genius yang sekali baca
langsung masuk, kalau dibilang rajin ya tergantung sudut pandangnya sih. Target
untuk menamatkan satu buku itu 1 bulan. Jadi, minggu pertama aku misal belajar
Sejarah, minggu kedua sosiologi, minggu ketiga geografi, minggu keempat
ekonomi. Seperti itu siklus belajarku. Setiap hari belajar kaya gitu ? iya. Capek ? pastilah. Perjuangan harus
memaksa diri. Berjuang nggak sebercanda itu
“Nggak
ada mimpi yang terlalu tinggi jika dibarengi dengan usaha yang lebih tinggi”
Setiap anak punya cara tersendiri dalam belajar, mungkin tipe belajar kalian akan beda dengan tipe belajarku. Kerja keras itu aku lakukan demi menjadi bagian dari kampus kuning. Walaupun demikian aku punya prinsip “Jangan sampai waktu belajarmu mengganggu waktu mabarmu”. Setiap malam aku juga masih sering mabar PUBG sama temen biar pikiran nggak terlalu stres. Biasanya aku mabar sekitar jam 9-11 malem. Poin terpenting disini bagaimana kalian bisa manajemen waktu. Jangan kebanyakan belajar, jangan juga kebanyakan main. Harus balance, ibarat debitnya belajar, kreditnya mabar, gitu.
Setiap anak punya cara tersendiri dalam belajar, mungkin tipe belajar kalian akan beda dengan tipe belajarku. Kerja keras itu aku lakukan demi menjadi bagian dari kampus kuning. Walaupun demikian aku punya prinsip “Jangan sampai waktu belajarmu mengganggu waktu mabarmu”. Setiap malam aku juga masih sering mabar PUBG sama temen biar pikiran nggak terlalu stres. Biasanya aku mabar sekitar jam 9-11 malem. Poin terpenting disini bagaimana kalian bisa manajemen waktu. Jangan kebanyakan belajar, jangan juga kebanyakan main. Harus balance, ibarat debitnya belajar, kreditnya mabar, gitu.
Pertama kali ikut TO SBMPTN dari pihak
sekolah aku merasa nothing to lose. Sama
sekali nggak berharap apapun. Aku anggap ini pretest dan ketika keluar
hasilnya… BOOM ! Aku dapet peringkat teratas di TO soshum dan masuk passing
grade di Akuntansi dan Ilmu Ekonomi UI dengan nilai 58%. Kagetku bukan main
bisa ngalahin anak IPS yang udah belajar 3 tahun lebih awal daripada aku
yangbaru belajar 1 bulan. Aku juga sering ikutan TO-TO online di berbagai macam platform, salah satunya yang recomended TO eduka system dan alhamdulillah hasilnya cukup sesuai
ekspektasiku. Tapi, hasil TO bukan membuatku cepat puas. Justru aku semakin
tertantang untuk bisa mempertahankan atau bahkan meningkatkan nilai itu. Aku
nggak akan puas sebelum nilai UTBK ku tinggi.
Pada bulan yang sama, pendaftaran SNMPTN
telah dibuka. Aku nekat banget daftar SNMPTN di Akuntansi UI dan Akuntansi UPNV
Jakarta. Sepanjang sejarah, di sekolahku belum ada anak lintas jurusan yang
lolos disana. Dan hasilnya udah ketebak. BOOM ! Aku gagal SNMPTN 2019 huhuhu.
Kesempatan untuk masuk UI ketiga kalinya gagal. Dan kesekian kalinya aku mikir "Apakah aku memang tidak layak untuk masuk di kampus sekelas Universitas Indonesia ?". Tapi kegagalan di SNMPTN ini nggak lebih sakit daripada ketika gagal OSN. Ya karena aku sadar bahwa aku memang nggak masuk jajaran anak berprestasi menurut SNMPTN.
Gagal
SNMPTN bukan akhir dari segalanya. Aku yang harusnya introspeksi diri kenapa
aku ngambil jurusan soshum waktu SNMPTN. Ya mau gimana lagi, kalaupun aku
ngambil jurusan saintek tapi nggak sesuai sama passion kan malah lebih bahaya
karena sistemnya kalau lulus jalur SNMPTN nggak bisa ikut SBMPTN. Menurutku kalau milih
jurusan pilihlah jurusan yang benar-benar bikin kamu penasaran sampe cari tahu
di berbagai macam media. Kalo udah milih, perjuangkan sampai dapet dengan
berbagai cara yang kamu lakukan. Dan menjadi muallaf di soshum adalah jalanku. Untungnya
aku udah mulai persiapan SBMPTN jauh-jauh hari jadi ketika gagal SNMPTN
seenggaknya udah siap perang lawan SBMPTN.
Oke, mari move on dari pengumuman SNMPTN tempo hari. Setelahnya, aku sibuk ngadepin ujian bertubi-tubi, mulai dari USBN,UN,dan UTBK. Hari terakhir USBN adalah hari surga yang kurasakan dimana manusia munafik ini sudah nggak akan bertemu makhluk seperti fisika dan kimia hohoho. UN pun nggak aku pikir panjang karena nilainya nggak begitu penting dalam seleksi PTN. Bahkan nih ya ketika mendekati UN aku masih asik-asiknya mabar PUBG sama temen sampe malem-malem. Tapi, alhamdulillah nem ku gak buruk-buruk banget. Nilai UN biologiku dapet 100 wkwkw. Terimakasih PUBG serta teman-teman mabarku, iza, zen kuchui, dan jambrong.
Oke, mari move on dari pengumuman SNMPTN tempo hari. Setelahnya, aku sibuk ngadepin ujian bertubi-tubi, mulai dari USBN,UN,dan UTBK. Hari terakhir USBN adalah hari surga yang kurasakan dimana manusia munafik ini sudah nggak akan bertemu makhluk seperti fisika dan kimia hohoho. UN pun nggak aku pikir panjang karena nilainya nggak begitu penting dalam seleksi PTN. Bahkan nih ya ketika mendekati UN aku masih asik-asiknya mabar PUBG sama temen sampe malem-malem. Tapi, alhamdulillah nem ku gak buruk-buruk banget. Nilai UN biologiku dapet 100 wkwkw. Terimakasih PUBG serta teman-teman mabarku, iza, zen kuchui, dan jambrong.
Ketika USBN dan UN sudah berlalu, Aku
memutuskan untuk ikut bimbel persiapan SBMPTN. Aku waktu itu diajak temen buat
ikutan bimbel. Awalnya aku sempet berpikiran ngapain sih bimbel, ngehabisin
biaya aja, pasti nggak bakal dibolehin orangtua ikut bimbel, apalagi bimbelnya
di luar kota. Tapi, dipikir-pikir daripada nolife di rumah dengan belajar sendiri kayaknya lebih seru kalo belajar bareng
temen-temen. Nah, aku mulai tuh merundingkan dengan orang tua.
Lagu
lama diputar lagi, aku nggak dibolehin untuk ikut bimbel. Butuh waktu yang
panjang untuk membuat orangtua mengeluarkan kata “iya” di mulutnya dan
alhamdulillah pada akhirnya diperbolehkan. Alasan kuat yang aku keluarkan karena
menurutku bimbel buat persiapan SBMPTN penting banget buat aku masuk ke bangku
kuliah dan yang paling penting bimbel yang aku ikuti bisa terbilang worth it dari segi biaya jadi gak bakal
percuma.
Biaya
bimbelnya cuma 700 ribu sebulan, termasuk tempat penginapan, makan, dan ilmu
yang manfaat. Dibandingkan bimbel lain kaya GO atau Neutron, bimbelku ini jauh
lebih murah. Temenku ada yang ikut bimbel Neutron untuk 10 hari habis 15 juta.
Itu cuma 10 hari loh. Saking tajirnya dia. Btw bimbel yang aku ikuti namanya Santriversitas. Pasti banyak banget
yang belum pernah denger namanya. Jadi, bimbel konvensional ini itu bukan hanya ditekankan
di sisi akademis untuk persiapan SBMPTN aja, tapi juga di sisi agama dalam hal
ini pondok pesantren. Makanya itu, selama kegiatan bimbel aku tinggal di Pondok
Pesantren. Untuk Santriversitas jogja 2, aku mondok di Pondok Pesantren Anwar
Futhuhiyah, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
Suasana di bimbel cukup membantu banget
buat belajar. Mulai dari teman, panitia, peraturan, sampai lingkungan pondok yang
kondusif. Ada salah satu peraturan yang menurutku simple, tapi sangat efektif,
yaitu melarang penggunaan hp selama 5 hari. Itu menurutku mendukung suasana
belajar semakin fokus. Efek sampingnya aku nggak bisa mabar PUBG sama temen lagi
setiap hari, tapi namanya juga berjuang kita harus terapkan prinsip opprtunity
cost. Nah, selama bimbel ini aku masih coba namatin buku bekas yang aku bawa
dari rumah, udah tahap namatin untuk ketiga kali saat itu. Aku biasanya baca
bukuku setelah jam 10 sampai jam 12 malem. Kalau ngantuk berat paling jam 11
udah aku tutup bukunya. Kenapa jam segitu ? karena sampai jam 10 masih ada
kelas diskusi. Kadang kalau ada waktu senggang aku coba baca-baca juga bukunya. Perjuanganku
bukan dalam bentuk usaha aja, tapi doa juga. Aku juga berusaha tirakat sesuai
kemampuanku. Perjuangan demi perjuang itu harus aku lakukan sampai jaket kuning
kebanggaan itu melekat gagah di tubuh kurcaciku.
Ketika
H-1 UTBK, aku coba untuk persiapkan mentalku. Sebelumnya udah dengar katanya
banyak bocoran soal utbktempo hari yang keluar. Tapi, aku bersikap bodo amat.
Yakali panitia menyamakan soal utbk tanggal sekian dengan tanggal yang lain,
nggak bakalan. Ketika temanku bahas bocoran soal, aku udah tidur sekitar jam 9
malem. Cerita sebelum tidurku saat itu adalah diskusi temen tentang bocoran
soal. Paginya, aku pasrah. Aku pasrahin segalanya ke Yang di atas.
Di
perjalanan menuju lokasi ujian aku cuma bisa mengucapkan takbir dalam hati hingga
pada akhirnya tanganku menyentuh keyboard dan wajahku menatap monitor. Bagian
TPS cukup menyebalkan menurutku karena aku dituntut baca paragraf yang panjang
banget, apalagi bahasa inggrisnya yang sampe 6 paragraf, fiuh. Bagian TKD yang paling nggak logis itu matematika soshum
sama sejarahnya, parah kick. Masa
matematika 20 soal harus selesai dalam waktu 18 menit, nggak manusiawi banget.
Aku cuma dapet 7 soal, sisanya ngawur sambil berharap itu bener. Untuk
sejarahnya aku rasa ini bukan sejarah, malah lebih berasa pengetahuan umum.
Yakali sejarah soalnya ditanyakan, ”kata yang berasal dari serapan bahasa
portugis adalah…”. Excuse me what the
hell. Bagian TKD lain yang menyenangkan jelas ekonomi. Ikut ekskul olimpiade
ekonomi waktu SMA cukup membantu ngerjain UTBK ku kali ini. Terimakasih Bu Icha,
Bu Eni, Mas Adhit, dan Mas Amir yang udah ngajar ekonomi.
UTBK
pertama selesai, aku harus nunggu pengumuman nilai UTBK 10 hari setelah
pelaksanaan ujian. Singkat cerita, 10 hari itu tiba. Temen-temenku heboh banget
langsung buru-buru buka hasilnya. Sedangkan aku dengan santainya menikmati
kehebohan itu. Aku udah memutuskan nggak akan buka hasilnya sebelum pelaksanaan UTBK
yang kedua. Takutnya kalau misal nilainya bagus makin males belajar, kalau
nilainya jelek makin down dan gak fokus UTBK kedua, ya mending nggak usah
dibuka sampai UTBK kedua lah. Banyak temen dan panitia bimbelku yang bilang,
“Buka sekarang aja gung, nanti biar kamu bisa evaluasi hasil UTBKmu”. Tapi aku
udah komitmen nggak akan buka hasilnya. Aku yang tau diriku sendiri, untuk masalah
evaluasi nggak harus dinilai dari hasil UTBK, seenggaknya dari UTBK pertama aku
tahu mana yang aku bisa dan mana yang nggak aku bisa. Setelah temanku buka
hasilnya, Aku lihat banyak temenku yang langsung down karena nilainya nggak
sesuai dengan ekspektasinya. Aku bersyukur nggak buka nilaiku waktu itu. Hikmahnya
disini jadilah orang yang berpendirian.
UTBK kedua dilaksanakan 4 hari setelah
pengumuman UTBK pertama. Untuk UTBK kedua menurutku makin gampang karena ada
beberapa soal yang sama dengan UTBK sebelumnya. Aku cukup optimis UTBK kedua
nilainya lebih baik daripada UTBK pertama. Tapi, ketika aku buka hasil UTBK
pertama dan UTBK kedua hasilnya adalah… BOOM ! nilai UTBK pertama malah lebih
tinggi daripada UTBK kedua. Dari hasil ini aku bisa analisis kalau sebagian
besar peserta yang lain juga bisa dengan mudah di UTBK kedua, jadi bobot
nilainya semakin rendah. Sekadar informasi untuk UTBK tahun 2019 ini sistem
penilaiannya mengunnakan sistem IRT atau sederhananya sistem pembobotan soal, setiap
soal memiliki bobot nilai yang berbeda tergantung tingkat kesulitan soal.
Alhamdulillah menurutku hasil UTBK yang
aku miliki sesuai harapanku. Target nilai UTBK ku sekitar diatas 700 dan
alhamdulillah nilai UTBK pertama rata-ratanya 711. Hasil ini cukup membuatku
tenang. Usaha ngambis belajar SBMPTN sampai tengah malam dari jauh-jauh hari dan
mengorbankan nggak main PUBG sebulan terbayar.
![]() |
Hasil UTBK 1 |
![]() |
Hasil UTBK 2 |
Saat
pendaftaran SBMPTN dibuka, tanggal 10 Juni aku udah mantep milih Akuntansi/IE
UI di pilihan pertama. Akan tetapi, ketika aku minta saran bapakku untuk milih
mana antara UI dan UGM, bapakku lebih menyarankan untuk di UGM. Entah kenapa,
ketika itu aku langsung berubah pikiran untuk kuliah di UGM. Bukan semata saran
dari bapakku, ada faktor lain juga yang membuat hatiku lebih mantap di UGM,
seperti gaya hidup contohnya. Di sisi lain aku juga udah banyak temen di Jogja.
Jogja udah berasa kampung halaman kedua. Akhirnya aku milih di pilihan pertama
Akuntansi UGM dan pilihan kedua Akuntansi Undip. Kenapa pilihan kedua undip ? karena
menurutku peluang untuk masuknya besar. Kuota untuk akuntansi Undip hampir 3
kali lebih besar daripada akuntansi UGM. Pikirku buat pilihan pengaman bisa
lah.
Setelah
pendaftaran ditutup, keseharianku cuma diisi dengan kegiatan-kegiatan
membosankan. Bangun, sarapan, main game, tidur. Hampir setiap hari siklusnya
kaya gitu sambil sedikit harap-harap cemas tentang hasil SBMPTN nanti.
Hingga pada akhirnya 9 juli tiba.
Anehnya, semakin dekat dengan pengumuman hatiku sama sekali nggak dagdigdug.
Nggak kaya waktu pengumuman OSN 2017, OSN 2018, dan SNMPTN 2019. Entah, mungkin
terbiasa melihat pengumuman kegagalan. Aku harap pengumuman SNMPTN 2019 kemarin
adalah kegagalan terakhir. Apapun hasilnya, aku siap terima semua dengan
lapang dada. Aku percaya tuhan ngasih skenario yang baik. Aku pantau terus
hitung mundur dari LTMPT. Dan ketika pukul 15.00 WIB, aku masukkan nomor
peserta dan tanggal lahirku BOOM ! Aku masuk Akuntansi UGM.
GILA ! aku langsung nangis dan sujud syukur,
teriak-teriak gak jelas sambil lompat selebrasi layaknya CR7. Berasa kaya orang
gila. Sayangnya ketika aku buka pengumuman, anggota keluarga lain nggak di
rumah. Ibuku masih kerja dan adikku masih sekolah madrasah.Aku jemput ibuku
sekitar jam setengah 5. Ketika aku kabarkan bahwa aku lolos UGM beliau seneng
banget. Terima kasih tuhan. Melihat morfologi senyum di wajah beliau cukup membuat
hatiku tenang. Setidaknya capeknya beliau bisa hilang berkat kabar baik ini. Happy Ending !
EPI[C]LOG
Ini
semua baru awal dari perjuangan. Aku yakin untuk survive di Kampus Kerakyatan ini nggak bisa dibilang sepele. Setidaknya
satu tahapan transisi sudah kulewati. Aku nggak nyangka untuk sampai di titik
ini. Aku bangga dan bersyukur, walaupun masih ada titik-titik lain yang jauh
lebih tinggi. Bagiku ini sudah lebih dari cukup. Untuk berdiri di tengah
keluarga yang patah pun aku sudah bersyukur. Lewat tulisan ini aku pingin mengubah
stereotipe bahwa anak brokenhome itu nggak punya masa depan. Keluargaku memang
patah, tapi tidak untuk mimpi-mimpiku.
“Sebagian
anak hidup di keluarga yang harmonis serta penuh materi dan sebagian anak yang
lain terpilih oleh tuhan untuk diberi kerangka tulang yang kuat hanya untuk berdiri
di keluarga yang patah”
Dan teruntuk temanku yang saat ini belum
berhasil aku sampaikan #SemangatMenolakMenyerah. Aku paham banget gimana
rasanya kalian sekarang. Aku sempat gagal berkali-kali hingga pada akhirnya
sampai di titik ini. Kelas 9 aku mimpi untuk masuk UI jalur OSN, tapi ketika
kelas 10 dan 11 aku gagal OSN dua kali beruntun, belum lagi ketika kelas 12 aku gagal SNMPTN 2019. Rasanya usaha sia-sia tapi aku bangga dengan segala
perjuanganku.
‘’Rencana,
usaha, doa, gagal, bangkit, gagal, bangkit, gagal, bangkit, berhasil.’’
Percayalah tuhan udah ngatur skenario
yang indah untukmu. Tetap bersabar dan usaha. Kamu adalah orang yang terpilih. Kamu
terpilih karena tuhan percaya kalo kamu bakal sanggup untuk berjuang lagi dan pantang
menyerah di kesempatan berikutnya. Terlalu simpel kalo tuhan langsung kasih
keberhasilan kepadamu. Layaknya cerita ini, Mungkin jika tuhan langsung kasih
keberhasilan untukku, rangkaian kata yang kutulis tidak akan sepanjang ini.
Terima kasih sudah baca paragraf demi paragraf. Salam semangat dariku,
#SemangatMenolakMenyerah !
Aku,
Agung Setia Adi
Stay
Barbar and Classy !
Erereeee
BalasHapusSalut banget sama perjuanganmu. Glad that you finally could cope with your problems so that you didn't (and never) do suicide. Keren banget baca secuplik cerita perjuanganmu T.T ga ikut bimbel dan macem-macem yang sampe habis berjuta-juta, tapi Puji Tuhan bisa lolos SBMPTN UGM tahun ini. Top!
BalasHapusRasa kebahagiaan saat ini berkali-kali lipat pastinya. Nilai utbkmu juga mantab banget, relatif stabil gituuu.
Mau curhat nih:") nilai utbkku gak sestabil kamu, bener bener terjun payung (100 lebih jarak rata-ratanya) dan ikut rasionalisasi dimana-mana, tulisannya belum lolos:) mulai dari rasionalisasi utbk_sbmptn, edukasystem, zenius, bahkan aplikasi bimbel yang aku ikuti kelas 3 ini tulisannya sama. Belum lolos. Yakin ga yakin, prodi dan univ pilihanku kutaruh di pilihan pertama, Pendidikan Dokter UNAIR. Di sini udah merasa pasrah bangettt. Saking pasrahnya, aku sampe udah daftar ujian mandiri dimana-mana, sampe sampe ada temenku bilang "apa ga terlalu banyak?" Ya bayangin aja, UGM, UNDIP, UB, dan UNAIR. Aku juga daftar pts. Segitu pengennya aku di kedokteran.
Di sisi ini, aku merasa salut banget sama kamu, Gung, karna aku masih difasilitasi orang tua, aku cuma perlu daftar dan belajar, disuruh untuk ga usah mikirin biayanya dulu T.T sedangkan kamu berjuang banget di hal itu.
Puji Tuhan, kalau memang sudah jalannya, pasti akan dibukakan jalannya. Kemarin, hijau :) Puji Tuhan.
Selamat ya, Gung! Sukses selalu!
Tuhan memberkati.
Teman-teman yang belum lolos, jangan patah semangat! Tuhan sudah dan sedang membukakan jalan lain bagimu.
Berkah Dalem.
Makasih udah baca, bog. Tetap Belajar beryukur dan #SemangatMenolakMenyerah ! Sukses terus bu dokter
HapusSelamat agung. Keren banget kisah hiduplu. Saluuut. Semangat terus buat kuliahnya yaa. Gue tunggu kisah perjuangan hiduplu yang selanjutnya. Semoga sukses selalu. Amiin
BalasHapus-Faza Izbik
makasih udah baca bik. mudah-mudahan aja cerita selanjutnya nggak panjang-panjang ya. biar gak harus gagal dulu hehehe
HapusWow. Sumpah ya terharu bgt sama perjuanganmu gung. Sebegitu gigihnya usahamu. Tapi ya usaha Ga pernah menghianati hasil. Ya meski aku pernah ngerasain di posisi "ga dpt izin masuk sekolah favorit" but overall jalan terbaik udah di siapin oleh Yang Maha Kuasa di balik cobaan yg di hadapi. Fighting !!!
BalasHapus-salam dari classmate smp mu-
Semngat terus fitri, Makasih udah baca. Mari saling menguatkan :)
HapusAlhamdulillah mas agung...semua nya sudah terbayarkan ,,aku sebagai adik tapi tidak sedarah ,aku merasa bangga,2 tahun suka duka telah kita lewati ,semoga kenangan itu membawa kita kearah kesuksesan ..teruskanlah mimpimu mas dan berdoa,,aku selalu support .. Kita udah di tunggu reuni di mekkah amin
BalasHapus$abiladiktaksedarah$
HapusMakasih uda baca bil, tak tunggu di ugm. Semangat !
HapusWow, lu keren banget. Terimakasih udah ngajarin tentang perjuangan.
BalasHapus‘’Berapapun tuhan ngasih aku kegagalan, aku bakal bangkit lebih dari kegagalan yang dikasih oleh tuhan kepadaku.’’
-Agung Setia Adi-
Mari berjuang untuk menciptakan karya nyata semasa kuliah.
Salam pejuang kampus.
I'm fucking proud of you. So proud to be your friend. Tapi seperti yang kamu bilang, ini baru awal dari perjuangan yang sesungguhnya, ya kan?
BalasHapusKeep fighting!
Do'ain aku juga biar bisa segera nyusul kamu :") this is crazy, but let me hold my big dream :)
May God bless us
Semoga bisa kumpul lagi. Nggak ada yang mustahil. Sekarang saatnya bangkit dari mimpi dan wujudkan. Come on,nduk. Semangat Menolak Menyerah !
HapusSkrng
BalasHapusSelamat ya
BalasHapusLuar Biasaa bang... Dahsyatttt
BalasHapusmakasih udah share yah kak
BalasHapusperbedaan tepung terigu dan tapioka
Banyak banget pelajran nya....semngat terus kak
BalasHapusTerimakasih ceritanya, aku akan berusaha lagi belajar Materi UTBK dengan baik.
BalasHapus