Mengapa Nilai Rupiah Terus Merosot Tajam ?




     
       Akhir-akhir ini sering didedengar bahwa rupiah semakin melemah, bahkan per 1 September 2018 rupiah mencapai angka terendah sejak krisis 1998, yaitu Rp. 14.800 / USD. Fenomena ini biasanya sering dikaitkan dengan isu isu politik, apalagi tahun depan merupakan pesta demokrasi di Indonesia. Dengan mengesampingkan isupolitik tersebut, sebenarnya apa sih penyebab rupiah sampai sentuh angka terlemah ? Apakah hal ini selalu merugikan Indonesia ? Di sini kalian akan lebih tau secara ilmiah.
        Actually, yang  terjadi pada tahun 2018 ini, bukan rupiah yang melemah tapi USD yang menguat. “Berarti mata uang yang lain terhadap rupiah juga melemah dong”. YUP, hampir semua mata uang negara lain terdepresiasi terhadap nilai USD. Beberapa data yang gue dapatkan sejak awal Maret sampe awal Juli 2018, mata uang Singapura (SGD) terdepresiasi 3.22%, Yen Jepang (JPY) terdepresiasi sebesar 4.17%, bahkan Euro (EUR) dan Pound sterling (GBP) juga terdepresiasi masing-masing 4.54% dan 4.76%. Jadi bisa diliat ya bahwa mata uang berbagai negara juga mengalami hal yang sama seperti negara kita, termasuk negara-negara yang ekonominya sudah sangat maju sekalipun juga terkena dampak depresiasi pada mata uang mereka.
       Lalu, apa penyebabnya mata uang USD meningkat ? Coba lihat infografis dibawah.

       Penyebab utamanya adalah memanasnya perang dagang antara Tiongkok dan USA. Karena semakin memanas perdagangan tersebut, Bank Sentral Amerika, The Fred mengambil keputusan untuk meningkatkan bunga sampai 2%. Bahkan kata mereka, mereka akan menaikkan tingkat suku bunga 2 kali dalam tahun ini. Lalu apa hubungannya dengan apresiasi USD ? Secara ilmiah, dengan meningkatnya tingkat suku bunga USA, akan mendorong para konglomerat, investor, dan pengusaha untuk meningkatkan investasi di USA. Karena mereka tau bahwa nantinya nilai USD semakin meningkat. Akibatnya permintaan dari USD juga meningkat. Sesuai dengan hukum permintaan , semakin banyak permintaannya maka semakin meningkat harganya. Oleh karena itu, USD semakin menguat (terapresiasi). Ketika USD terapresiasi maka akibatnya Rupiah terdepresiasi (melemah).
       Berikut merupakan dampak negatif dari menurunnya nilai mata uang rupiah  :
1. Investor asing kabur karena mengalihkan dananya dalam bentuk USD
2. Barang Impor menjadi semakin mahal
3. Utang negara semakin membengkak
4. Meninggkatnya biaya produksi perusahaan lokal yang membutuhkan faktor produksi impor
5. Harga BBM melonjak
       Tapi apakah penurunan nilai mata uang rupiah selalu merugikan Indonesia ? Big No ! Ada beberapa pihak di Indonesia yang justru merasa diuntungkan dengan terdepresiasinya nilai Rupiah. Berikut beberapa di antaranya
1. Para eksportir atau pelaku usaha yang target pasarnya adalah pasar luar negeri. Mereka senang dengan tingginya harga Dolar AS karena hal tersebut membuat produk-produk mereka jadi relatif lebih murah dibandingin produk lainnya yang sejenis. Kok bisa? Misalnya nih biaya produksi tas Rp120.000. Tadinya dengan nilai tukar 1 USD = Rp12.000, berarti kan dalam mata uang USD tuh jadinya 10 USD. Sekarang kalo nilai tukarnya 1 USD = Rp14.400, jadinya kan 8.28 USD (Rp120.000/Rp14.400). Jadinya di pasar internasional lebih murah kan tuh ya? Karena lebih murah, tentunya barang kita lebih laku. Udah makin laku, dibeli oleh konsumen asing dengan tarif Dolar yang nilainya semakin tinggi pula. Jadi untungnya lebih besar deh.
2. Selain para eksportir, sektor pariwisata juga diuntungkan. Yang tadinya kalo turis dari Amerika bawa uang USD 1.000 Cuma bisa dapet Rp12.000.000, sekarang mereka bisa dapet Rp14.400.000. Hal ini tentunya akan menarik minat turis asing yang berkunjung ke Indonesia. Mereka jadi memiliki daya beli yang lebih besar untuk berbelanja di Indonesia. Sebaliknya, sektor pariwisata kita juga jadi semakin ramai dikunjungi dan para turis menjadi semakin konsumtif dengan membeli berbagai macam servis maupun barang lokal Indonesia.
3. Selain itu, tenaga kerja Indonesia yang berpendapatan dalam mata uang USD, seperti Tenaga Kerja Asing dan juga pekerja freelancer yang memiliki client dari luar negeri. Sebenarnya upah mereka sih nggak berubah, tapi karena nilai tukar USD meningkat, mereka menjadi dapat menukar dengan nominal Rupiah yang lebih besar. Misalnya jika awal tahun 2018 pendapatan mereka $500 itu sama dengan Rp6.700.000, sekarang dengan pendapatan $500 mereka bisa menukar dengan Rp7.250.000
       Nah, demikian ulasan gua terkait fenomena melemahnya nilai tukar rupiah, semoga dengan artikel ini pengetahuan kalian bertambah. Tidak hanya membaca berita berita singkat yang hanya menyajikan sampulnya saja, tetapi juga memahami secara komprehesif berkaitan dengan fenomena ekonomi yang bersifat kausalitas. Sekian semoga bermanfaat 




Komentar

Postingan Populer