Brokenhome Doesn't Mean Brokendream
Mungkin judul dari tulisan ini sedikit lucu, but why not ? I’m brokenhome, and its doesn’t effect for my future. Mungkin Anak brokenhome cenderung mendapatkan stereotipe bahwa mereka kebanyakan anak yang nakal, liar, brutal. Mungkin sebagian benar, semuanya benar, atau bahkan semuanya gak benar. Sebenarnya gak semua anak broken home kaya gitu. Mereka yang seperti itu mungkin mereka masih membutuhkan waktu untuk 'berdamai'. Mereka berpikir bahwa tuhan gak adil. Mereka berpikir bahwa tuhan jahat kepada mereka. Dan gak ada yang salah dari asumsi itu, tapi percayalah, bahwa tuhan tidak pernah memberi cobaan yang melebihi kapasitas kemampuan hambanya.
Dulu waktu ortu masih seatap, mereka sering ngerancang mimpi ku. Mesikpun bapak lulus STM dan Ibu lulusan SD, tapi mereka punya cita-cita membuat anaknya terdidik, lulus menjadi sarjana, dan kerja kantoran di gedung ibu kota. Sayangnya semua berubah ketika salah satu dari mereka berulah. Seketika mimpi itu hancur. Namun, bukan berarti mimpi itu benar-benar hancur. Ada harapan besar dalam diri aku sendiri bahwa MIMPI ITU HARUS TERWUJUD. Waktu gak akan stuck berhenti begitu saja, life must go on ! Perjuangan belum selesai. To be someone broke or to be some one better.
Brokenhome doesn’t mean brokendream, Brokenhome doesn’t mean brokenhope, brokenhome doesn’t mean brokenfuture. Itu kalimat yang harus terus aku tanam dalam diri sendiri. Walaupun sekarang aku nggak dapet dukungan dari ortu secara maksimal, tapi aku percaya bahwa mereka masih menyebut nama aku dalam setiap doa’nya. Tanpa dukungan ortu secara maksimal bukan berarti aku jalan di tempat, atau cari dukungan dari ‘orang lain’. Aku harus bisa memotivasi diri sendiri bahwa masa depan bukan ditentukan dari ortu atau ‘orang lain’, tapi dari diri aku sendiri. Brokenhome can’t stop me, only god can stop me.
Rembang, 11 April 2018
-Agung Setia Adi
(just a simple man with big dream)
Komentar
Posting Komentar